a. Tri Komando Rakyat
Dalam pidatonya ”Membangun Dunia Kembali” di forum PBB tanggal 30
September 1960, Presiden Soekarno berujar, ” Kami telah mengadakan
perundingan-perundingan bilateral harapan lenyap, kesadaran hilang,
bahkan toleransi pu n mencapai batasnya. Semuanya itu telah habis dan
Belanda tidak memberikan alternatif lainnya, kecuali memperkeras sikap
kami.”
Tindakan konfrontasi politik dan ekonomi yang dilancarkan Indonesia
ternyata belum mampu memaksa Belanda untuk menyerahkan Irian Barat. Pada
bulan April 1961 Belanda membentuk Dewan Papua, bahkan dalam Sidang
umum PBB September 1961, Belanda mengumumkan berdirinya Negara Papua.
Untuk mempertegas keberadaan Negara Papua, Belanda mendatangkan kapal
induk ”Karel Doorman” ke Irian Barat.
Terdesak oleh persiapan perang Indonesia itu, Belanda dalam sidang
Majelis Umum PBB XVI tahun 1961 mengajukan usulan dekolonisasi di Irian
Barat, yang dikenal dengan ”Rencana Luns”.
menanggapi rencana licik Belanda tersebut, pada tanggal 19 Desember 1961
bertempat di Yogyakarta, Presiden Soekarno mengumumkan TRIKORA dalam
rapat raksasa di alun alun utara Yogyakarta, yang isinya:
1. Gagalkan berdirinya negara Boneka Papua bentukan Belanda
2. Kibarkan sang Merah Putih di irtian Jaya tanah air Indonesia
3. Bersiap melaksanakan mobilisasi umum
b. Pembentukan Komando Mandala Pembebasan Irian Barat
Sebagai langkah pertama pelaksanaan Trikora adalah pembentukan suatu
komando operasi, yang diberi nama ”Komando Mandala Pembebasan Irian
Barat”. Sebagai panglima komando adalah Brigjend. Soeharto yang
kermudian pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor Jenderal.
Panglima Komando : Mayjend. Soeharto
Wakil Panglima I : Kolonel Laut Subono
Wakil Panglima II : Kolonel Udara Leo Wattimena
Kepala Staf Gabungan : Kolonel Ahmad Tahir
Komando Mandala yang bermarkas di Makasar ini mempunyai dua tujuan :
1. merencanakan, menyiapkan dan melaksanakan operasi militer untuk
mengembalikan Irian barat ke dalam kekuasaan Republik Indonesia
2. mengembangkan situasi militer di wilayah Irian barat sesuai dengan
perkembangan perjuangan di bidang diplomasi supaya dalam waktu singkat
diciptakan daerah daerah bebas de facto atau unsur pemerintah RI di
wilayah Irian Barat
Dalam upaya melaksanakan tujuan tersebut, Komando Mandala membuat
strategi dengan membagi operasi pembebasan Irian Barat menjadi tiga
fase, yaitu :
1. Fase infiltrasi
Dimulai pada awal Januari tahun 1962 sampai dengan akhir tahun 1962,
dengan memasukkan 10 kompi ke sekitar sasaaran tertentu untuk
menciptakan daerah bebas de facto.
2. Fase Eksploitasi
Dimulai pada awal Januari 1964 sampai dengan akhir tahun 1963, dengan
mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer lawan, menduduki
semua pos pertahanan musuh yang penting.
3. Fase Konsolidasi
Dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 1964, dengan menegakkan kekuasaan RI secara mutlak di seluruh Irian Barat.
Sebelum Komando mandala bekerja aktif, unsur militer yang tergabung
dalam Motor Boat Torpedo (MTB) telah melakukan penyusupan ke Irian
Barat. Namun kedatangan pasukan ini diketahui oleh Belanda, sehingga
pecah pertempuran di Laut Arafura. Dalam pertempuran yang sangat dahsyat
ini, MTB Macan Tutul berhasil ditenggelamkan oleh Belanda dan
mengakibatkan gugurnya komandan MTB Macan Tutul Yoshafat Sudarso
(Pahlawan Trikora)
Sementara itu Presiden Amerika Serikat yang baru saja terpilih John
Fitzgerald Kennedy merasa risau dengan perkembangan yang terjadi di
Irian Barat. Dukungan Uni Soviet ( PM. Nikita Kruschev ) kepada
perjuangan RI untuk mengembalikan Irian Barat dari tangan Belanda,
menimbulkan terjadinya ketegangan politik dunia, terutama pada pihak
Sekutu (NATO) pimpinan Amerika Serikat yang semula sangat mendukung
Belanda sebagai anggota sekutunya. Apabila Uni Soviet telah terlibat dan
Indonesia terpengaruh kelompok ini, maka akan sangat membahayakan
posisi Amerika Serikat di Asia dan dikhawatirkan akan menimbulkan
masalah Pasifik Barat Daya. Apabila pecah perang Indonesia dengan
Belanda maka Amerika akan berada dalam posisi yang sulit. Amerika
Serikat sebagai sekutu Belanda akan di cap sebagai negara pendukung
penjajah dan Indonesia akan jatuh dalam pengaruh Uni Soviet.
Untuk itu, dengan meminjam tangan Sekjend PBB U Than, Kennedy
mengirimkan diplomatnya yang bernama Elsworth Bunker untuk mengadakan
pendekatan kepada Indonesia – Belanda.
Sesuai dengan tugas dari Sekjend PBB ( U Than ), Elsworth Bunker pun
mengadakan penelitian masalah ini, dan mengajukan usulan yang dikenal
dengan ”Proposal Bunker”. Adapun isi Proposal Bunker tersebut adalah
sebagai berikut :
”Belanda harus menyerahkan kedaulatan atas Irian barat kepada Indonesia melalui PBB dalam jangka waktu paling lambat dua tahun”
Usulan ini menimbulkan reaksi :
1. Dari Indonesia : meminta supaya waktu penyerahan diperpendek
2. Dari Belanda : setuju melalui PBB, tetapi tetap diserahkan kepada Negara Papua Merdeka
c. Operasi Jaya Wijaya
Pelaksanaan Operasi
1. Maret - Agustus 1962 dilancarkan operasi pendaratan melalui laut dan udara
2. Rencana serangan terbuka untuk merebut Irian Barat sebagai suatu
operasi penentuan, yang diberi nama Operasi Jaya wijaya”. Pelaksanaan
operasi adalah sebagai berikut :
a. Angkatan Laut Mandala dipimpin oleh Kolonel Soedomo membentuk tugas amphibi 17, terdiri dari 7 gugus tugas
b. Angkatan Udara Mandala membentuk enam kesatuan tempur baru.
Sementara itu sebelum operasi Jayawijaya dilaksanakan, diadakan
perundingan di Markas Besar PBB pada tanggal 15 Agustus 1962, yang
menghasilkan suatu resolusi penghentian tembak menembak pada tanggal 18
Agustus 1962.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar